KATA
PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah
tentang “Teori
Kecerdasan Ganda Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hadi Suwono selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran UM yang telah
memberikan tugas ini.
Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah wawasan bagi para pembacanya terutama tentang Teori Kecerdasan Ganda Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan semoga Allah
SWT selalu memberkati hidup kami semua.
Malang,
12
Maret 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ada indikasi
proses pembelajaran sekarang ini sering sekali menyimpang dari esensi
pendidikan dengan logika yang tercampur aduk. Thomas Armstrong dalam bukunya
"sekolah para juara" juga mendeskripsikan model pembelajaran klasik
yang antara lain memunculkan asumsi-asumsi: Pertama, para guru cenderung
memisahkan atau memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai
murid-murid yang pandai di satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi lain. Kedua,
suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Hal ini dikarenakan
para guru biasanya hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan dalam
mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan cerdas berlogika.Ketiga, mungkin
seorang guru agak kesulitan dalam membangkitkan minat atau gairah
murid-rnuridnya karena proses pembelajaran yang kurang kreatif.
Kondisi inilah yang
mendorong para ahli psikologi untuk mencari dimensi Iain dari kepribadian diri
siswa yang merupakan indikator keberhasilan pembelajaran.Salah satu teori
psikologi yang mempunyai peranan besar terhadap pendidikan adalah teori multi
kecerdasan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami bemaksud membahas lebih
lanjut tentang teori kecerdasan ganda dan penerapannya dalam pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah
(1)
Bagaimanakah
pengertian teori kecerdasan ganda?
(2)
Bagaimanakah
pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda?
(3)
Bagaimanakah
faktor-faktor penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda?
(4)
Bagaimanakah
kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda?
(5)
Bagaimanakah
penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran?
1.3
Tujuan
(1)
Memaparkan
pengertian teori kecerdasan ganda.
(2)
Memaparkan
pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda.
(3)
Memaparkan
faktor-faktor penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
(4)
Memaparkan
kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda.
(5)
Memaparkan
penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Memaparkan pengertian teori
kecerdasan ganda.
Istilah
kecerdasan atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai
pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang
kecerdasanpun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu
melakukan penelitian tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki
satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau
kecerdasan ganda (Budiningsih, 2005).
Kecerdasan
ganda merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui
proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya
yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar
dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan (Armstrong, 2002).
Teori
Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner –
seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan
untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Beberapa karakteristik
individu siswa yang perlu dipahami antara lain (Armstrong, 2002) :
a. Age and maturity level
b. Motivation and attitude toward subject
c. Expectation and vocational level
d. Special Talent
e. Mechanical Dexterity
f. Ability to work under various enviro
condition.
Salah satu
karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai
pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami
kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi
terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa
tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal poternsi yang ada
pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem
persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka
secara optimal (Suciati, 2007).
2.2
Memaparkan pendapat tokoh tentang
teori kecerdasan ganda.
Teori Multiple
Intelligences (MI) dikembangkan oleh Howard Gardner, ahli psikologi
perkembangan dan guru besar pendidikan pada Graduate School of Education,
Harvard University, Amerika Serikat. Teorinya tentang MI dipublikasikan pada
tahun 1993. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam
dan dalam situasi yang nyata (Suparno, 2004).
Howard Gardner memperkenalkan sekaligus mempromosikan
hasil penelitian Project Zero di Amerika yang berkaitan dengan kecerdasan ganda
(multiple intelligences). Teorinya menghilangkan anggapan yang ada selama ini
tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada
satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan
seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam kecerdasan, dan pada
bukunya yang mutakhir ditambahkan lagi 3 macam kecerdasan. Semua kecerdasan ini
bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi
keterpaduannya tentu saja berbeda-beda pada masing-masing orang dan pada
masing-masing budaya.Namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat
diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah (Relvan, 2004).
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner tentang
teori kecerdaan ganda yakni.
1)
Manusia
mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya.
2)
Kecerdasan
selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain.
3)
Kecerdasan
merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada
sistem otak atau pikiran manusia.
4)
Pada
tingkat tertentu, kecerdasan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya, dalam
memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia
bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu. Kecerdasan yang terkuat cenderung
“memimpin” atau ”melatih” kecerdasan lainnya yang lebih lemah. Dikatakan juga
bahwa manusia mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu masalah dan hampir
semuanya dipelajari secara alami.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya
tertentu.Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.Dikatakan mulai dari upaya mengakhiri cerita, menentukan
langkah-langkah permainan catur, menambal selimut yang sobek, sampai
menghasilkan teori-teori, komposisi musik dan politik. Seseorang dikatakan
cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu
menghasilkan sesuatu yang berharga/berguna bagi umat manusia (Relvan, 2004).
Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi delapan macam
kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple
Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Kedelapan jenis
kecerdasan tersebut adalah:
1.
Kecerdasan musical
Gardner menyebut
kecerdasan musical ini dengan istilah musical/ rhythmic intelligence.
Kecerdasan musical (KM) adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasi
musik. Kemampuan ini meliputi menyanyi, bersiul, memainkan alat-alat musik,
mengenal pola-pola nada, membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami
struktur dan irama musik. Gardner telah mengidentifikasi bahwa inti dasar
KM musical meliputi aspek irama, pola titinada, harmoni, dan timber, tetapi dia
segera mengusulkan adanya kekuatan emosional misterius dari musik. Dia menunjukkan
beberapa fakta untuk mendukung teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi
seperti sebuah intelegensi, yakni apa yang oleh composer disebut
sebagai logical musical thinking dan musical
mind (101-2). Kecerdasan musik merupakan kecerdasan yang paling awal
berkembang dalam diri manusia (Armstrong, 2002).
Kecerdasan musikal
dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik.
Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer,
konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif
terhadap unsur suara (Budiningsih, 2005).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
a.
Pandai mengubah atau mencipta musik.
b.
Senang dan padai bernyanyi.
c.
Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d.
Mudah menangkap musik.
e.
Peka terhadap suara dan musik.
2.
Kecerdasan Kinesthetic
Jenis kecerdasan ini
berkaitan dengan pengendalian gerakan badan. Pengenalian gerakan badan ini
terletak di korteks motoris dengan setiap belahan otak mendominasi atau
mengendalikan gerakan badan di sisi yang berlawanan (Gardner, 1983). Orang yang
cerdas secara kinesthetic akan lebih mudah menirukan dan menciptakan gerakan.
Seorang olahragawan yang cerdas kinesthetic akan dapat menyelesaikan dan
mencari alternatif gerakan. Penyelesaian gerakan tentu berbeda dengan
penyelesaian persamaan matematika, sehingga dalam hal ini orang yang cerdas
gerak badan boleh jadi tidak cerdas secara matematik dan sebaliknya (Armstrong,
2002).
Kecerdasan kinestetik
tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap
melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan
kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin (Dryden, 1999).
Berikut ini individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh:
a.
Senang menari atau akting.
b.
Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c.
Mudah berekspresi dengan tubuh.
d.
Mampu memainkan mimic.
e.
Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f.
Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan
berolahraga.
g.
Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h.
Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i.
Senang kegiatan di luar rumah.
3.
Kecerdasan logical/mathematical
Kecerdasan ini
ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan
bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran..
Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola
dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan
cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan
informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu
mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir
logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur
piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat
membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan
pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya
ingat (Armstrong, 2002).
Kecerdasan logis
matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan,
penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan
melakukan operasi matematis yang kompleks (Budiningsih, 2005).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
logis-matematis :
a.
Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka
– teki.
b.
Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c.
Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
d.
Mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.
e.
Senang silogisme .
f.
Senang berfikir abstraksi dan simbolis.
Contoh
– contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan,
matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer.
4.
Kecerdasan visual/spatial
Kecerdasan ini
ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual
yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi
yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya
perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak
mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat
membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti
arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat
memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya.
Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer,
seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara
tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut
(Armstrong, 2002).
Orang yang memiliki
kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara
tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah
pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan
individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan
mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis (Suciati, 2007).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual
spasiall :
a.
Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.\
b.
Peka terhadap citra, warna dan sebagainya.
c.
Pandai menvisualisasikan ide.
d.
Imaginasinya aktif.
e.
Mudah menemukan jalan pada ruang.
f.
Mempunyai presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g.
Mengenal relasi benda – benda dalam ruang.
5.
Kecerdasan verbal/linguistic
Orang-orang yang
memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan
jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti
berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat
cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan
penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait
dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi
pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru (Armstrong, 2002).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a.
Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b.
Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan
senang berbahasa asing.
c.
Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau
kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d.
Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara
lisan maupun tertulis.
e.
Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f.
Pandai mengingat dan menghafal.
g.
Humoris.
Contoh
orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang, Penyair,
Wartawan, Pembicara, dan Pembaca berita.
6.
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan
interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat
dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor,
politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal
merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang (Armstrong, 2002).
Kecerdasan ini berkait dengan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat
berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen,
suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan
respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan
sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi
oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa
persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan
orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain.
Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup
sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas
tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan
“bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang
sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan (Armstrong, 2002).
Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi interpersonal :
a.
Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.
b.
Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam
kelompok bekerja sama dalam tim.
c.
Senang permainan berkelompok dari pada individual.
d.
Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e.
Senang berkomunikas verbal dan nonverbal.
f.
Peka terhadap teman.
g.
Suka memberi feedback.
h.
Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang
lain.
7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal
diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana
dan mengarahkan orang lain (Budiningsih, 2005).
Berikut ini individu yang
menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra personal :
a.
Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
b.
Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana
hidup yang jelas.
c.
Berjiwa bebas.
d.
Mudah berkonsentrasi.
e.
Keseimbangan diri.
f.
Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g.
Sadar akan realitas spiritual.
8.
Kecerdasan naturalistic
Keahlian mengenali
dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam
adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan
ini (Suciati, 2007).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis :
a.
Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun,
memelihara binatang, berinteraksi dengan binatang dan berburu.
b.
Pandai melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c.
Senang kegiatan di alam terbuka.
2.3
Memaparkan faktor-faktor penting
dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Implementasi
teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
- Orang tua murid
- Guru
- Kurikulum dan
fasilitas
- Sistem penilaian
Komponen
masyarakat, dalam hal ini orang tua murid perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.
Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan
sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin
dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki (Budiningsih, 2005).
Guru memegang
peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar
implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kemampuan guru dalam mengenali
kecerdasan individu siswa.
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
2. Kemampuan mengajar dan memanfaatkan
waktu mengajar secara proporsional.
Setelah
mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya
adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi
waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan
ganda yaitu :
30
% pembelajaran langsung
30
% belajar kooperatif
30%
belajar independent
Implementasi teori
kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain
mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga
dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musical
(Suciati, 2007).
Sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung
selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan
siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat
berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara
lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik (Budiningsih, 2005).
Sistem
penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa
semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada
input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan
(progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu
keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti
ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan
pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari
sebuah keterampilan atau pengetahuan (Dryden, 1999).
2.4
Memaparkan kelebihan dan kelemahan teori
kecerdasan ganda.
A.
Kelebihan
-
Pembelajaran dapat
lebih focus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan menunjukkan hasil yang
optimal.
-
Memberikan sudut
pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.
-
Membuka kesempatan
pada pelajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.
-
Menghindari adanya
penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan/inteligensi
(Saefuddin, 2006).
B.
Kelemahan
1)
Memiliki kontroversi
terutama dalam pandangan ahli psikologi tradisional, seperti mencampuradukkan
pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.
2)
Bersifat personal atau
individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan untuk mengembangkan pembelajaran orang
perorang daripada mengembangkan pembelajaran massa atau klasikal.
3)
Membutuhkan fasilitas
yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk operasional klasikal atau
massal.
4)
Tenaga kependidikan di
Indonesia belum sepenuhnya siap melaksanakan teori ini dalam praktek di dalam
kelas ataupun juga pembelajaran yang melibatkan pemelajar dewasa, karena sudut
pandang kebanyakan orang masih sudut pandang tradisional.
2.5
Memaparkan penerapan teori
kecerdasan ganda dalam pembelajaran.
Gardner dalam penelitian menemukan
meskipun ada peserta didik yang hanya menonjol pada beberapa kecerdasan, dapat
dibantu melalui pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk oleh guru di sekolah
sehingga peserta didik tersebut dapat mengembangkan kecerdasan yang lain
kemudian dapat mengaplikasikan dalam menyelesaikan persoalan hidup yang
dihadapinya. Demikian halnya dengan guru selain kecerdasan yang sudah dimiliki,
dapat juga mengembangkan kecerdasan yang lain dengan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk. Jadi baik guru maupun peserta didik dapat mengembangkan
kecerdasan majemuk yang dimiliki melalui proses belajar mengajar di kelas
sehingga semakin berkembang dan memberikan hasil yang maksimal (Hamzah, 2016).
Sedangkan menurut Tobeli, 2016
berpendapat bahwa penerapan pembelajaran dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu :
-
Pertama, secara
kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, dapat menarik perhatian
peserta didik. Proses pembelajaran yang tidak monoton atau bervariasi tentu
akan menarik perhatian peserta didik. Kedua, ada perubahan hasil belajar. Semua
pendidik berharap setelah belajar, peserta didik dapat mengerti apa materi yang
telah disampaikan dengan melakukan post tes.
-
Kedua, secara afektif
adalah motivasi. Menurut Djamarah, motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan termasuk belajar.
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan
untuk belajar. Dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi, yang
meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa
hal tersebut perlu dipelajari.
-
Perkembangan motorik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan senang. Jadi yang dimaksud dengan keterampilan motorik
disini yaitu keterampilan seseorang melakukan aktivitas sebagai wujud penerapan
pembelajaran yang telah diperoleh dari guru.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara :
Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa.
Azwar, Saifuddin,
2006. Pengantar Psikologi
Inteligensi. Edisi I, Cetakan V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban
Pikiran. Bandung : Kaifa.
Hamzah, Amir. 2016. Teori Multiple Intelligences Dan
Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran. (online). (ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/256/24).
(diakses tanggal 11 maret 2017).
Relvan. 2004. Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan
Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2.
Suciati,dkk.
2007. Belajar dan Pembelajaran 2.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Suparno, Paul. 2004. Teori
Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Yogyakarta
: Kanisius.