Oleh: Izmi Latifa Navida
Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif
mrngatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar kognitif memandang
belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas
belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni
proses pengolahan informasi.
Teori
belajar kognitif dibagi menjadi beberapa macam, yakni:
1. Teori belajar Pengolahan Informasi
Belajar merupakan peristiwa
pengolahan informasi pada
komputer. Stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan
udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di
dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Selanjutnya informasi itu disampaikan ke memori jangka
pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua
penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke
dalam memori jangka panjang. Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi
karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke
memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan
kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena
interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser
oleh informasi lain.
2.
Teori
belajar Kontruktivisme
Teori
belajar Kontruktivisme memiliki
pandangan, seperti belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi
dari masukan yang masuk ke dalam otak, Peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri, Peserta didik sebagai individu yang
selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang
telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak
bisa digunakan lagi, Peserta
didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi
tentang belajar, yaitu:
a)
Pengetahuan
secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar
aktif.
b)
Pengetahuan
secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi
atas kegiatannya sendiri.
c)
Pengetahuan
secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya
kepada orang lain.
d)
Pengetahuan
secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan
obyek yang tidak benar-benar dipahaminya.
Dalam belajar harus ada strategi belajar
efektif misalnya, seperti membuat catatan, belajar kelompok, menggunakan metode PQ4R (preview,
question, read, reflect, recite, review).
Aplikasi Teori
Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori
kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan
penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif sudah banyak diterapkan. Dalam merumuskan pembelajaran untuk mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi menggunakan cara mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam teori behavoristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengkuti prinsip-prinsp
sebagai berikut.
a)
Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam
proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.
b)
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar
akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan bnda-benda konkret.
c)
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d) Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
e)
Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi
belajar disusun dengan menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari
sederhana kekompleks.
f)
Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada
belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah
menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.
g)
Adanya perbedaaan individual pada diri siswa
perludiperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar
siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir,
pengetahuan awal dan sebagainya.
Dalam menerapkan teori
belajar kognitif perlu langkah-langkah strategis agar proses belajar lebih
efektif. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1)
Menentukan tujuan pembelajaran.
2)
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (
kemampuan awal, motifasi, gaya belajar dan sebagainya).
3)
Memiliki materi pelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4)
Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam
bentuk ad-vance organizer yang akan dipelajari siswa.
5)
Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan
menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6)
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa.
Faktor kognitif yang
dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela
bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara
mandiri maupun secara kelompok
sehingga pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh
para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar