Potensi Keanekaragaman Hayati Tanaman Obat Sebagai Fitofarmaka di Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten
Banyuwangi
Oleh: Izmi Latifa Navida
Universitas Negeri Malang
Jalan
Semarang 5 Malang-Jawa Timur
Abstrak: Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan
hutan tropis dataran rendah dengan luas 58.000 Ha yang terletak di Kabupaten
Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya
adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Tanaman-tanaman obat
tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak terutama dalam hal pengobatan.
Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang potensi manfaat
dari tanaman-tanaman tersebut. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi
tanaman obat adalah dengan mengolahnya menjadi obat-obatan fitofarmaka.
Fitofarmaka itu adalah bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada
manusia. Fitofarmaka telah melewati beragam pengujian, yaitu uji preklinis
seperti uji toksisitas, uji efektivitas, dengan menggunakan hewan percobaan dan
pengujian klinis yang dilakukan pada manusia. Untuk memanfaatkan potensi
tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan agar kelestariannya tetap terjaga.
Kata kunci:
Tanaman Obat, fitofarmaka, Taman Nasional Meru Betiri.
PENDAHULUAN Keanekaragaman
hayati untuk tumbuhan yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar Negara dengan jumlah flora
terbanyak jenisnya di dunia dengan jumlah mencapai 38.000 jenis. Habitat alami dari jenis-jenis tumbuhan
dengan varietas lokal tersebut
pada umumnya terdapat pada ekosistem hutan termasuk di dalamnya tanaman obat yang sebagian besar
merupakan tumbuhan yang berkhasiat.
World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang banyak
dijumpai beragam jenis tanaman obat dengan
jumlah tanaman yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI, 1995).
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi :
1) tumbuhan obat tradisional, 2) tumbuhan obat modern, dan 3) tumbuhan obat potensial. Tumbuhan obat tradisional adalah spesies
tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat
mempunyai khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional. tumbuhan obat modern
adalah spesies tumbuhan obat yang
secara ilmiah telah dibuktikan mengandung
senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat
obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan
secara medis. Tumbuhan obat
potensial, yaitu spesies tumbuhan
yang diduga mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan
secara ilmiah medis (Zuhud, 1994) .
Taman
Nasional Meru Betiri merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah dengan luas
58.000 Ha yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Taman
nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya adalah kekayaan flora
dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Penduduk lokal di daerah ini secara turun temurun
sudah mengenal khasiat dan memanfaatkan tanaman lokal di kawasan hutan tersebut sebagai obat tradisional.
Saat ini
banyak masyarakat yang beralih dari obat-obatan kimia ke obat-obatan
tradisonal. Penggunaan obat tradisonal dinilai lebih aman digunakan daripada
penggunaan obat kimia. Hal ini dikarenakan obat tradisional memiliki efek
amping yang relative sedikit bahkan tidak ada.
Salah satu
cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan menjadikannya
sebagai fitofarmaka. Fitofarmaka itu sendiri marupakan bentuk obat tradisional
dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses
pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan
uji klinis pada manusia (Badan POM. RI., 2004) .
Sehubungan
dengan hal di atas, penulisan tulisan ini bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang potensi tumbuhan
berkhasiat obat dan pengolahan
tanaman obat sebagai fitofarmaka yang ada di Taman Nasional Meru Betiri. Hasilnya diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam
peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kekayaan alam yang ada di
sekitar mereka, sehingga jenis-jenis tumbuhan
berkhasiat obat tetap terjaga kelestariannya.
PEMBAHASAN Jenis
flora yang hidup di kawasan Taman Nasional Meru Betiri sangat beragam, salah
satunya adalah banyaknya jenis tanaman obat yang berpotensi digunakan sebagai
obat fitofarmaka. Dari beberapa tumbuhan obat yang ada di kawasan tersebut
diantaranya merupakan tanaman obat langka di Pulau Jawa, yaitu Pulai (Alstonia scholaris), pulosari (Alyxia reinwardtii), kayu sintok (Cinnamommun sintoc), kayu rapat (Parameria laevigara), dan kedawung (Parkia roxburghii). Tanaman-tanaman
tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak terutama dalam hal pengobatan.
Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang potensi manfaat
dari tanaman-tanaman tersebut. Berikut adalah
beberapa jenis tumuhan obat yang terdapat kawasan Taman Nasional Meru
Betiri.
1.
Selaginella doederleinii hieron
Selaginella doederleinii merupakan salah satu spesies dari
tumbuhan paku, di jawa tanaman ini biasa disebut cakar ayam. Tanaman ini
memiliki ciri-ciri batang tegak, akar keluar pada percabangan, daun tersusun di
kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai cakar ayam
dengan sisik-sisiknya (Dalimartha, 1999) . Selaginella doederleinii memiliki
habitus terna, merayap, sedikit tegak. Memiliki 28 spora berupa sporangium
tereduksi di ketiak daun dan berwarna putih (Hutapea, 1999) .
Selaginella
doederleinii mengandung alkoid, saponin, dan phytosterol (Dalimartha, 1999) . Ekstrak etanolik dari Selaginella
doederleinii mengandung lima komponen lignans, yaitu lirioresinol A,
liriolresinol B, wikstromol, nortracheloside, matairesinol,. Selain itu juga
mengandung dua komponen fenilpropanon, yaitu 3-hidroksi-1-(3-metoksi-4-hidroksifenil)-propan-1-on,
3-hidroksi-1-(3,5-dimetoksi-4-hidroksifenil)-propan-1-on, dan empat biflavonoid
yaitu amentoflavone,7,7”-di-O-
metilamentoflavone,7,4’,7’’,4’’’-tetraometilamentoflavone, dan haveaflavone (Lin, 1998) .
Manfaat dari tanaman Selaginella doederleinii sangat banyak semua bagian
tumbuah dapat dimanfaatkan, diantaranya sebagai antikanker, karena dapat
menghambat sarcoma dan kanker serviks dan sel L yang diisolasi dari kanker hati
manusia (Dalimartha, 1999) . Sebagai sitotoksit
terhadap sel murine (Lin, 1998) .
Widodo (2006) melaporkan bahwa ekstrak kloroform dan methanol Selaginella doederleinii bersifat toksik terhadap larva Artemia salina. Nuwaini (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak
kloroform, ethanol, dan ethyl acetate Selaginella
doederleinii mempunyai potensi antiradical. Selain itu Selaginella doederleinii memiliki khasiat untuk menghilangkan panas
dan lembab, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti
pendarahan, mengatasi batuk, innfeksi saluran nafas, radang paru-paru,
hepatitis, diare, keputihan, fracture, pendarahan, dan menghilangkan bengkak (Dalimartha, 1999) .
2.
Rangoon
Creeper (Quisqualis indica L)
Quisqualis indica L dalam bahasa jawa disebut dengan
ceguk adalah tumbuhan semak, berbatang kayu, percabangan simpodial, cabang muda
berwarna hijau, cabang tua berwarna cokelat, berbulu,dan berduri. Daun tunggal berwarna kuning dan
hijau, tulang daun menyirip. Berbunga mejemuk, berbentuk bulir, tumbuh diketiak
daun, dan di ujung cabang, berambut, warna putik putih, warna kelopak bunga
hijau kekuningan. Biji berbentuk pipih, kecil, berwarna hitam dan berakar
tunggang (anonim, 2015) .
Tagkai dan daun rangoon creeper mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,
tannin, sulphur, kalsium, oksalat, lemak peroksidase, dan protein. Buah yang
matang mengandung potassium quisqualata, lemak jenuh trigonelline, dan puridin.
Bagian akar mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (anonim, 2015) .
Bagian tanaman yang digunakan adalah biji dan daunnya. Bagian daun
berkhasiat untuk mengobati sakit kepala, sakit telinga, gangguan pencernaan
pada anak-anak, radang ginjal, disentri, perut kembung, dan menambah berat
badan. Bagian bijinya berkhasiat sebagi obat cacing, membantu pencernaan, dan
memperkuat limpa (anonim, 2015) .
3.
Terminalia
ballerica
Terminalia ballerica dalam bahasa jawa disebut joho
keling adalah pohon tinggi dan batang berkayu dan percabangan simpodial,
berdaun majemuk, dan pertulangan daun menyirip. Berbunga majemuk berbentuk
bulir, berwarna putih kekuningan, buah berbentuk bulat panjang, buah yermasuk
jenis buah batu, berwarna cokelat saat
tua, dan berbiji satu, bijinya keras, bulat, dan berwarna cokelat (anonim, 2015) .
Terminalia ballerica bagian buah, daun, akar, dan bijinya
mengandung flavonoid, saponnin, antraquinon, minyak, asam lemak, methyl ester,
dan gallic acid (anonim, 2015) .
Terminalia ballerica bermanfaat untuk mengatasi penyakit
anemia, urus-urus, sebagai obat cacing, asma, pembengkakan, antinyeri, pereda
kejang dan hypertensi (anonim, 2015) .
4.
Amommum cardamomom
Amommum cardamomom dalam bahasa jawa disebut
kapulogo adalah tanaman sejenis
jahe,memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Bunga dari
tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buahnya
berbentuk bulat telur, berbulu, berwarna kuning kelabu, dan bila maak buahnya
akan pecah (Soehardi, 2008) .
Amommum cardamomom kaya dengan kndungan protein, gula,
lemak, silikat, sineol, terpineol, alfaborneol, beta kamper, sebinema, mirkena,
mirtenal, karvona, terpinil acetate, dan kersik (Soehardi, 2008) .
Amommum cardamomom dapat dimanfaatkan sebagai
antitussive, mengobati kejang perut, rheumatic, demam, pencegah mual penambah
nafsu makan, penghilang bau badan, dan mencegah keropos tulang (Soehardi,
2008) .
5.
Cinnamon
Tree (Cinnomommun bermanii)
Cinnamon Tree dalam bahasa jawa disebut kayu manis merupakan tanaman
berkayu yang tinggi. Kulit pohon berwarna abu-abu tua, berbau khas, dan kayunya
berwarna cokelat muda. berdaun tunggal, berbentuk elips dengan pertulangan daun
menyirip, saat muda berwarna merah pucat, dan saat tua berwarna hijau. Berbunga
sempurna dengan warna kuning, buahnya termasuk buah buni berbiji satu dan
berdaging, bentuk bulat memanjang, dan saat tua berwarna ungu tua (anonim, 2014) .
Cinnamon Tree banyak mengandung minyak atsiri, zat besi, kalsium,
mangaan, serat, cinnamyl asetat, anethole, eugenol, safrole, cinnamaldehyde,
tannin, kalsium oksalat, dan zat penyamak (anonim, 2014) .
Manfaat Cinnamon Tree adalah untuk meningkatkan nafsu makan, pereda
nyeri, antireumatik, peluruh kentut dan keringat, meredakan batuk, menunrunkan
tekanan darah tinggi, mengobati asam urat, dan diare, mengurangi resiko stroke,
dan sebagai antiradang (anonim, 2014) .
6.
Parameria laevigata
Parameria laevigata dalam bahasa disebut kayu rapet
adalah tanaman semak menjalar, batangnya melilit, berdaun tunggal, berwarna
kemerahan saat tua, tulang daun menyirip, bunga berbentuk malai, mejemuk,
mahkota berbentuk corong, berwarna putih. Buah berbentuk polong memanjang,
berbiji bulat, warna cokelat gelap (Songo, 2011) .
Daun, kayu dan akar Parameria
laevigata mengandung flavonoida, polifenol, saponin, dan tannin (Songo, 2011) .
Parameria laevigata dapat digunakan sebagai obat nyeri
pada uterus setelah melahirkan, obat disentri, scabies, luka, antipyretic,
desinfektan, dan nyeri perut (Songo, 2011) .
7.
Cubeb
pepper (Piper cubeba)
Cubeb pepper dalam bahasa jawa diebut kemukus merupakan tumbuhan
merambat sejenis lada, tumbuh dengan melilit, berakar serabut, daun berbentuk
bulat telur dengan tulang daun melengkung berwarna hijau gelap. Bunga berbentuk
bulir panjang, buahnya berupa buah buni yang bertangkai, berwarna cokelat atau
hitam berbentuk bulat. Biji berwarna putih, keras, dn berminyak (Hiday, 2015) .
Cubeb pepper memiliki kandungan zat sesquiterpan hidrat, asam cubeba,
cubebin, minyak atsiri, kadinen, sineol, turpineol, pati, gom, dan dammar (Hiday, 2015) .
Bagian tanaman Cubeb pepper yang dimanfaatkan adalaha bagian buahnya
yang brguna untuk mengobati asma, kencing nanah, sakit perut, sebagai obat luka
bakar, meningkatkan nafsu makan, obat masuk angin, dan mencegah muntah (Hiday, 2015)
8.
Serpent
wood (Rauwolfia serpentine)
Serpent wood dalam bahasa jawa disebut pule pandak merupakan tanaman
perdu tegak, bergetah, mengeluarkan cairan bening bila dipatahkan, berdaun
tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, tulang daun menyirip. Pembungaan
majemuk, bentuk payung yang keluar dari ujung tangkai, berwarna merah. Buahnya
buah batu, bulat telur, saat tua berwarna hitam (anonim, 2015) .
Serpent wood mengandung alkaloid, reserpine, serpentine, samatine, yohimbine,
ajmaline, tetraphylline, rescinnamine, canescine, deserpidine, raunesine, dan
tetraphycilline (anonim, 2015) .
Serpent wood dapat dimanfaatkan sebagai obat hypertensi, sakit kepala,
vertigo, diare, sakit tenggorokan, sakit pinggang, disentri, malaria, muntah,
influenza, radang kantung empedu, hepatitis, insomnia, hypertiroid, scabies,
utikaria, hernia, dan menetralkan racun gigitan ular (anonim, 2015) .
9.
Alyxia reinwadtii
Alyxia reinwadtii dalam bahasa jawa disebut pulosari
adalah tumbuhan bersemak dari keluarga apocynaceae. berdaun runcing, tulang
daun menyirip, bunga berbentuk seperti corong, berwarna putih kekuningan, buah
berbentuk lonjong, dan akan berwarna hitam jika sudah tua (Hiday, 2015) .
Alyxia reinwadtii mengandung zat alkaloid, tannin,
saponin, flovnoid, polifenol, kumarin, zat samak, minyak atsiri, asam
betulanat, dan pulasariosida (Hiday, 2015) .
Alyxia reinwadtii berguna untuk mengobati demam,
meningkatkan nafsu makan, menjaga imunitas tubuh, menyembuhkan sakit kejang
perut, mengobati disentri, dan mengobati kelebihan asam lambung (Hiday, 2015) .
10.
Usnea misaminensis
Usnea misaminensis dalam bahasa jawa disebut susuh
angin merupakan tanaman sejenis lumut, yang hidup menggantung pada ranting
pohon namun bersifat komensalisme. Berbentuk seperti rambut, menggantung
seperti cemara, berwarna hijau putih keabuan, dan memerlukan kelembaban yang
tinggi (Keke, 2013) .
Usnea misaminensis memeiliki kandungan zat asam usnin,
asam barbotolat, asam usnetin, dan asam barbatin (Keke, 2013) .
Usnea misaminensis dapat dimanfaatkan untuk mengobati
diare, perut kembung, disentri, pegal-pegal, obat masuk angin, sariawan,
peluruh urine, dan sebagai antitussive (Keke, 2013) .
11.
White
Jujube (Lunansian amara)
White Jujube dalam bahasa jawa disebut widoro putih merupakan tanaman
perdu atau pohon kecil, batangnya bengkok, ranting-ranting tumbuh meyebar.
Berdaun tunggal, berduri, letaknya berseling, berbentuk bulat telur menjorong,
mengkilap di bagian atas, berambut putih yang halus di bagian bawah daun, dan
bertulang daun melengkung. Bunganya berbentuk payung, berukuran kecil, dan
berwarna kekuningan. Buahnya termasuk buah batu berbentuk bulat telur, kulit
buah mengkilap, berwarna kekuningan, kemerahan, hingga kehitaman. Biji terlindung dalam tempurung, dan berwarna
cokleat gelap (Wagino, 2014) .
Kandungan dari white Jujube, diantaranya
karbohidrat, gula, serat pangan, lemak, protein, air, thiamine,
riboflavin, niacin, kalsium, besi, dan fosfor (Wagino, 2014) .
Tanaman hite Jujube dapat dimanfaatkan untuk menurunkan demam, membantu
pencernaan, obat luka, obat sakit perut, dan mengatasi kencing yang nyeri dan
berdarah (Wagino, 2014) .
12.
Oak
tree (Mecca manjakani)
Oak tree dalam bahasa jawa disebut dengan manjakani adalah tanaman
bersemak, daun berbentuk seperti daun mawar, pertulangan daun menyirip, dan
berwarna hijau. Buahnya berbentuk bulat, tumbuh di antara ketiak daun, berwarna
hijau muda saat muda, dan berwarna kemerahan saat tua (anonim, 2015) .
Buah dari Oak tree mengandung vitamin A, vitamin C, zat besi, protein,
serat, karbohidrat, kalsium, antioksidan, tannic acid, tannin, gallic acid,
ellagic acid,asam ester piperonylic (anonim, 2015) .
Buah oak tree bermanfaat sebagai astringent, antimicrobial, antiradang,
antidiabetes, pereda rasa nyeri, menjaga kesehatan vagina, alat kontrasepsi,
dan mengobati kista (anonim, 2015) .
13.
Black
Pepper (Peper nigrum)
Black pepper dalam bahasa jawa disebut dengan merico ireng dalah tanaman
dari kelurga piperaceae dari genus piper. Black pepper adalah tanaman merambat
yang memiliki buah berbentuk bulat dan kecil. Buah lada berbiji tunggal dan berukuran
kecil (anonim, 2015) .
Black pepper memiliki kandungan zat pipperine, karoten, cryptoxanthine,
zeaxanthine, licopene, vitamin C, vitamin A, monoterpen hidrokarbon,
piridoksin, riboflavin, thiamine, niacin, kalium, kalsium, seng, mangaan, besi,
magnesium cubebene, amina alkaloid, sabinene, pinene, terpenene, limonene, dan
mercene (anonim, 2015) .
Black pepper dapat dimanfaatkan
untuk menguatkan pencernaan, mengontrol tekanan darah, mngontrol produksi sel
darah, menangkal radikal bebas, melindungi tubuh dari kanker, dan meningktkan
penyerapan nutrisi dalam pencernaan (anonim, 2015) .
14.
Alstonia scholaris
Alstonia scholaris dalam bahasa jawa disebut pule
adalah tanaman dari suku apoeynaccae yang berupa pohon tinggi dan bergetah
putih. Daunnya hijau mengkilap, bertulang daun menjari. Bunganya berbentuk
seperti terompet berbau harum, bijinya berbentuk oblong dan berambut (anonim, 2015) .
Alstonia scholaris memiliki kandungan zat alkaloid
ditain, ditamine, ekitamine, ekitenin, ekitamidine, alstonine, ekiserin,
ekitin, porfirine, pikrinine, asam ursolat, lupeol, dan triterpen (anonim, 2015) .
Alstonia scholaris bermanfaat untuk mengobati demam,
malaria, diare, memperkuat lambung, mengobati perut kembung, limpa bengkak,
diabetes, scabies, sakit badan, nyeri dada, hipertensi, beri-beri, dan
menibgkatkan nafsu makan (anonim, 2015) .
15.
Sintoc
(Cinnamommun sintoc)
Cinnamommun sintoc dalam bahasa jawa wuru sintok
adalah tumbuhan berbatang kayu yang memanjat, buahnya yang matang berwarna
hitam, daunnya berwarna hijau dengan pertulangan daun melengkung, bunganya
berwarna ungu, berbentuk seperti terompet (Alfira, 2014) .
Cinnamommun sintoc mengandung senyawa polifenol,
eugenol, myristicin, safrole, monoseskuiterpen, steroid, methanol, etil
acetate, fenolic, tannin, dan saponin (Alfira, 2014) .
Cinnamommun sintoc dapat digunakan sebagai obat pereda
sakit kepala, masuk angin, sebagai penyegar untuk mengembalikan kesegaran
tubuh, mengharumkan tubuh, mengobati sifilis, menyembuhkan gigitan hewan dan
serangga berbisa, meredakan diare, dan untuk menyembuhkan berak berdarah (Alfira, 2014) .
16.
Sataw
(Parkia roxburghii)
Sataw dalam bahasa jawa disebut dengan kedawung
merupakan tanaman berbentuk pohon yang tinngi, daun majemuk dan menyirip,
berbunga majemuk bongkol, letak di ujung ranting, berbuah polong, jika sudah
tua kulit luar berwarna hitam, berbiji bulat memanjang, kedua ujung memipih dan
berwarna hitam (anonim, 2015) .
Bagian tanaman sataw yang banyak dimanfaatkan
adalah bagian bijinya. Bagian biji banyak mengandung zat tannin, glukosida,
mineral, dan garam-garam alkali (anonim, 2015) .
Khasiat dari biji sataw adalah dapat mengobati
sakit perut, sebagai obat batuk, menyembuhka demam saat nifas, mengurangi nyeri
saat melahirkan dan saat haid, mengurangi rambut kusam, mengobati penyakit
radang usus, cholera, dan penyakit jantung, mengatasi infeksi kulit, diare,
cacingan, dan perut kembung (anonim, 2015) .
Tanaman-tanaman
di atas memiliki manfaat dan khasiat yang sangat besar dalam hal pengobatan.
Sehingga berpotensi dalam pengembangan industry obat tradisonal Indonesia.
Selama ini, industry tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan
herbal. Dengan demikian masyarakat
sekitar yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani bisa memanfaatkan dan mengupayakan budidaya tumbuhan tersebut. Budidaya tumbuhan obat yang ada di kawasan ini perlu dilakukan untuk
menghindari pengambilan dari hutan
secara langsung yang bisa menyebabkan
kelangkaan jenis-jenis yang
diambil secara berlebihan. Pengembangan tumbuhan tidak jauh dari habitat aslinya dapat
mempertahankan keunggulan genetik
tumbuhan tersebut. Teknik budidaya
perlu dikembangkan terhadap
jenis-jenis yang ada khususnya
yang sudah tergolong langka dan
juga yang mempunyai prospek bagus di pasar. Pengembangbiakan tumbuhan obat yang berasal dari hutan dapat
dilakukan secara generatif (dari
biji) maupun vegetatif.
Salah
satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan mengolahnya
menjadi obat-obatan fitofarmaka. Fitofarmaka itu sendiri marupakan bentuk obat
tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena
proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai
dengan uji klinis pada manusia (Badan POM. RI., 2004) .
Dalam
peraturan kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia
nomor: hk.00.05.41.1384. untuk dapat memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 obat tradisonal, obat herbal bertandar dan fitofarmaka harus
memenuhi criteria sebagai berikut:
a.
Menggunakan
bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan umum, keamanan,
dan kemanfaatan.
b.
Dibuat
sesuai dengan ketentuan tentang pedoman cara pembuatan obat tradisonal yang
baik atau cara pembuatan yang berlaku.
c.
Penandaan
berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat
tradisonal, obat herbal berstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional, dan
aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
Mengolah tanaman-tanaman obat menjadi
fitofarmaka lebih unggul daripada diolah menjadi jamu biasa, bahkan obat
fitofarmaka juga sudah dapat disetarakan dengan obat-obatan modern. Hal ini
disebabkan karena fitfarmaka telah melewati beberapa proses yang setara dengan
obat-obatan modern, diantaranya fitofarmaka telah melewati standarisasi mutu,
baik dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga dapat digunakan
sesuai denagn dosis yang efektif dan tepat. Selain itu, fitofarmaka juga telah
melewati beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas dan uji
efektivitas dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang
dilakukan terhadap manusia (Hidayati, 2012) .
Fitofarmaka harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu.
a.
Aman
dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b.
Klaim
khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik.
c.
Telah
dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
d.
Memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku.
Tahap-tahap pengembangan dan
pengujian fitofarmaka (Departemen Kesehatan Republik Indonesia):
1.
Tahap
seleksi
Proses
pemilihan jenis bahan alami yang akan diteliti sesuai denagn skala prioritas
sebagai berikut:
a.
Jenis
obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama.
b.
Jenis
obat alami yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman
pemakaian empiris sebelumnya.
c.
Jenis
obat alami yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit
yang belum jelas pengobatannya.
2.
Tahap
biological screening, untuk menyaring:
a.
Ada
atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat
terapeutik.
b.
Ada
atau tidaknya efek keracunan akut.
3.
Tahap
penelitian farmakodinamik
a.
Untuk
melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing system organ
b.
Tahap
ini dipersyaratkan mutlak, jika diperlukan untuk mengetahui mekanisme kerja
yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4.
Tahap
pengujian toksisitas lanjut
a.
Toksisitas
ubkronis
b.
Toksisitas
akut
c.
Toksisitas
khusus
5.
Tahap
pengembangan sediaan
a.
Mengetahui
bentuk bahan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika
b.
Tata
laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinis
6.
Tahap
uji klinis pada manusia
a.
Fase
I: dilakukan pada sukarelawan sehat
b.
Fase
II: dilakukan pada kelompok pasien terbatas
c.
Fase
III: dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase II
d.
Fase
IV: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang
tidak terkendali.
Setelah tanaman obat dilakukan pengujian
fitofarmaka, maka tanaman obat tersebut bisa diolah menjadi obat fitofarmaka
yang telah disejajarkan dengan obat-obatan modern, yang keamanan dan
kefektifannya sudah teruji.
Untuk
memanfaatkan potensi tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri, tidak boleh
dilakukan secara sembarangan mengingat bahwa Taman Nasional Meru Betiri
merupakan kawasan hutan lindung. jadi untuk memanfaatkannya harus dilakukan
dengan beberapa cara agar kelestariannya tetap terjaga, seperti sebelum
melakukan pengambilan tanaman harus ada izin dari petugas setempat, dan
pengambilannya pun harus dilakukan pada satu tanaman obat saja pada setiap jenis tanaman obat disana lalu dibudidayakan
di luar habitat, dan jangan sampai dilakukan pengambilan secara besar-besaran
atau eksploitasi. Selain itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan, seperti
membuat peraturan perundang-undangan tentang tata cara pemanfaatan tanaman yang
berpotensi di daerah Taman Nasional Meru Betiri.
KESIMPULAN: Taman Nasional Meru Betiri memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi,
diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Ada 16
spesies tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Meru Betiri,
diantaranya Selaginella doederleinii
hieron, Quisqualis indica L, Terminalia ballerica, Amommum cardamomom, Cinnomommun bermanii, Parameria
laevigata, Piper cubeba, Rauwolfia serpentine, Alyxia reinwadtii, Usnea misaminensis, Lunansian
amara, Mecca manjakani, Peper nigrum, Alstonia scholaris, Cinnamommun
sintoc, dan Parkia roxburghii.
Tanaman-tanaman tersebut memiliki manfaat dan khasiat yang sangat besar dalam
hal pengobatan. Sehingga berpotensi dalam pengembangan industry obat tradisonal
Indonesia. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah
dengan mengolahnya menjadi obat-obatan fitofarmaka. Fitofarmaka itu adalah
bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. Fitofarmaka telah melewati
beragam pengujian, yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas,
dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan pada
manusia. Untuk memanfaatkan potensi tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri
tidak boleh dilakukan dengan sembarangan agar kelestariannya tetap terjaga.
DAFTAR RUJUKAN
Abdiyani, S. 2007.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi alam , 79-84.
Alfira, A. 2014. Uji
Aktifitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Aktif Kulit Batang Sintok
(Cinnamommun sintoc blume). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
anonim. 2014. Kayu
Manis. Retrieved December 08, 2015, from Kayu Manis: http://www.necturajuice.com/kayu-manis
anonim. 2015. Khasiat
Manfaat Lada Hitam. Retrieved December 08, 2015, from Kesehatan dan Gaya
Hidup: http://www.tipscaramanfaat.com/khasiat-manfaat-lada-hitam-777.html
anonim. (2014, 29
November). Manfaat Manjakani. Retrieved December 08, 2015, from Manfaat
Alami Tanaman Herbal:
http://www.kesehatanpedia.com/2014/09/manfaat-manjakani.html?=1
anonim. 2015. Manfaat
Tanaman Obat Kedawung. Retrieved December 07, 2015, from Agro Bisnis Info:
http://www.agrobisnisinfo.com/2015/06/manfaat-tanaman-obat-kedawung-dari-obat.html?m=1
anonim. 2015. Manfaat
Tanaman Pule Pandak. Retrieved December 08, 2015, from Obat Herbal
Indonesia:
http://herbalisnusantara.com/obatherbal/view30fc.html?mnu=2&id=155
anonim. 2015. Tanaman
Ceguk Bermanfaat sebagai Obat. Retrieved December 07, 2015, from Agro
Bisnis Info:
http://www.agrobisnisinfo.com/2015/10/tanaman-ceguk-bermanfaat-sebagai-obat-.html?m=1
anonim. 2013. Tanaman
Joho dan Manfaatnya. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal:
http://www.alamharianku.com/2013/tanaman-joho-dan-manfaatnya.html?m=1
anonim. 2013. Tanaman
Sintok Kaya Manfaat. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal:
http://www.myapotic.com/2013/tanaman-sintok-kaya-manfaat.html?m=1
anonim. 2015. Tumbuhan
Obat. Retrieved December 07, 2015, from Balai Taman Nasional Meru Betiri:
http://www.merubetiri.com/detail_statis/id/21/tumbuhan_obat.html
anonim. (2011,
march 27). Tumbuhan Pulai dengan Segudang Khasiat Untuk kesehatan.
Retrieved December 08, 2015, from Referensi Penyakit: http://www.myapotic.com/2011/03/tumbuhan-pulai-dengan-segudang-khasiat.html?m=1
Badan POM. RI. 2004. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Dalimartha, S.
1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Farmasi UGM. 2014.
Cakar Ayam Selaginella doederleinii. Retrieved December 07, 2014, from
Cancer Chemoprevention Research Center Farmasi UGM:
http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=81
Hiday, M. (2015,
August 6). Manfaat dan Khasiat Tanaman Kemukus. Retrieved December 08,
2015, from Tanaman Herbal.
Hiday, M. (2015,
July 29). Manfaat Tanaman Pulosari. Retrieved December 08, 2015, from
Tanaman Herbal:
http://www.tanamanherbal.com/2015/07/manfaat-dan-khasiat-tanaman-pulosari.html?m=1
Hidayati, M. 2012.
Fitofarmaka. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hutapea, J. R.
1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Keke, L. (2013,
February 05). Kayu Angin - Usnea misaminensis vain. Retrieved December
08, 2015, from Teh Herbal Daun Jaticina:
http://www.daunjaticina.com/2013/02/kayu-angin-usnea-misaminensis-vain.html?m=1
Lin, J. Y. 1998.
Antimutagenic Activity of Extract from Anticancer Drugs in Chinese Medicine. Mutat-Res,
204(2) , 229-34.
Soehardi. 2008. Manfaat
Kapulogo (Amommum cardamomom willd). Retrieved December 08, 2015, from
Tanaman Obat:
http://www.kiathidupsehat.com/tanaman-obat-manfaatkhasiat-kapulogo-amommum-cardamomom-willd/
Songo, L. N.
(2011, March 12). Kayu Rapet. Retrieved December 08, 2015, from Jenis
Tanaman Obat:
http://www.labanursongo.blogspot.com/2011/03/jenis-tanaman-obat.html?m=1
Wagino, B. 2014. Tanaman
Bidara Putih. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Obat:
http://www.tanamanherbalku.com/2014/tanaman-obat.html?m=1
Widodo, E. 2006.
Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform dan Ekstrak Methanol Herba Cakar Ayam
Terhadap Larva Artemia salina Leach dan Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi,
Fakultas Farmasi UNS, Surakarta .
Zuhud, E. B. 1994.
Perkembangan dan Program Penelitian Tumbuhan Obat di Indonesia. Prosiding
Seminar Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Indonesia (pp. 23-30). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan LATIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar