Hemat energi? Kata-kata tersebut
kerap kali muncul dalam keseharian kita. Terutama dalam iklan di media cetak,
media elektronik, dan bahkan di media sosial. Kata-kata “Hemat Energi” bukanlah
kata yang asing terdengar di telinga kita. Bahkan, setiap kali kita biasa
melihat iklan “Hemat Energi” tersebut di jalan raya yang tercetak pada poster
yang besar, dan juga kita sering melihat tayangan iklan tentang penghematan
energi tersebut di televisi. Akan tetapi, apa yang kita lakukan dengan adanya
iklan kata-kata “Hemat Energi” tersebut? bukankah kita hanya menganggapnya
hanya sebagai angin lalu? Saat kita melihat iklan kata-kata “Hemat Energi” kita
hanya membaca tulisan tersebut tanpa memasukkannya ke dalam hati dan pikiran
kita tentang makna dan hikmah dari kata-kata tersebut.
Realitanya, tindakan menghemat
energi dengan cara mengurangi penggunaan listrik tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Pasalnya, setiap barang yang kita gunakan baik di rumah, di
kantor maupun di sekolah kebanyakan menggunakan listrik. Hal tersebut
menyebabkan kita hidup dengan ketergantungan pada listrik. Mengurangi
ketergantungan akan pemakaian listrik untuk hidup saat ini tidaklah membuat
kita menjadi lebih pintar dan cermat dalam mengatur pemakaian energi. Karena
saat ini, tidak ada satu pun kebiasaan atau rutinitas kita yang sama sekali
tidak melibatkan energi listrik. Bahkan sekecil apapun itu aktivitasnya kita tetap
menggunakan listrik. Lantas berapa banyak energi listrik yang digunakan oleh
seorang manusia dalam sehari? Dan berapa energi listrik yang digunakan oleh
seluruh penduduk Indonesia dalam sehari? Padahal kita tahu bahwa jumlah dari
penduduk Indonesia saat ini tidak hanya ratusan atau ribuan jiwa, melainkan
sudah mencapai 250 juta jiwa. Dari sini kita tahu bahwa kebutuhan listrik untuk
penduduk Indonesia jumlahnya tidak sedikit. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Iklan tentang penghematan energi
yang di muat di berbagai media, kita harus benar-benar memahami makna yang ada
di dalamnya agar kata-kata “Hemat Energi” tersebut tidak hanya sebagai angin
lalu, akan tetapi menjadi sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat kita yang
sangat bergantung akan adanya energi listrik. Sebenarnya cara pandang masyarakat
di Negeri kita tentang penghematan energi listrik harus diubah, karena
masyarakat kita pasti menginterpretasikan penghematan energi dengan cara harus mengurangi
pemakaian perangkat elektronik tertentu. Padahal jika kita membicarakan tentang
mengurangi penggunaan perangkat elektronik tertentu bagaikan membicarakan ujung
langit yang tidak ketahuan di mana akhir dan manfaatnya.
Sebenarnya penghematan energi itu
sendiri merupakan suatu langkah untuk meningkatkan efisinsi dan efektifitas
penggunaan energi setinggi mungkin. Bukan mengurangi kebutuhan akan penggunaan
energi. Misalnya kita mengganti penggunaan mesin cuci dengan papan kasar atau
papan bergerigi untuk mencuci pakaian. Bayangkan berapa lama waktu dan tenaga
yang kita habiskan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut? Jadi, berapapun besar
dan lama tindakan pemakaian energi adalah sah-sah saja selama digunakan dengan
cara yang benar dan efektif. Misalnya dalam pemakaian lampu penerangan untuk di
rumah yang harus dinyalakan saat malam hari dan dimatikan saat matahari
terbit,. Bukan malah membiarkannya hidup sepanjang malam dan siang hari. Jadi,
penghematan energi adalah cara untuk meminimalisir jumlah pemakaian energi
secara sia-sia, bukan malah meminimalisir atau mengurangi pemakaian energi yang
dibutuhkan. Maka dari itu memahami makna dari sebuah kata “Hemat Energi” sangatlah
penting dalam menentukan tindakan apa yang harus kita ambil dalam menciptakan
kondisi hemat energi seperti yang dislogankan di berbagai media dan tidak
menjadi kata-kata yang hanya sebagai angin lalu.
Lantas bagaimanakah cara
merealisasikan penghematan energi agar iklan “Hemat Energi” tidak hanya menjadi
angin lalu? Itulah segelintir pertanyaan yang akan muncul dalam benak kita.
Secara pribadi, pasti kita enggan untuk mengubah pola kebiasaan hidup yang
telah dijalani bukan? Kita yang setiap harinya terbiasa menggunakan energi
listrik untuk beraktivitas tiba-tiba disuruh berhenti menggunakannya, padahal
kita sangat butuh listrik tersebut. Bukankah itu hal yang tidak menyenangkan?
Lalu bagimanakah solusinya? Teknologi pada era modernisasi saat ini sudah
sangat canggih, kita bisa mencoba menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang
ada untuk menjalankan aktivitas dan semua kendali utamanya masih tetap berada
di tangan kita. Misalnya kita melakukan instalasi lampu penerangan di rumah
menggunakan lampu yang pengaturan penyalaan dan pemadamannya menggunakan timer.
Lampu yang memiliki timer ini akan menyala otomatis sesuai waktu yang
ditentukan dan akan padam sendiri pada waktu yang telah ditentukan juga.
Sehingga, penggunaan energi listrik lebih efektif. Walaupun dari penggunaan
lampu penerangan bertimer ini tidak banyak energi yang dihemat, tetapi jika
tindakan ini dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia maka cara ini cukup
efektif untuk lebih mengefisiensikan penggunaan energi listrik. selain itu,
fitur timer otomatis ini bisa diterapkan pada perangkat elektronik lainnya,
seperti pada penggunaan teko listrik yang menggunakan timer. Dengan menggunakan
teko listrik yang memiliki fitur timer otomatis ini kita tinggal memasukkan air
mentah ke dalamnya, lalu kita tinggal mengatur seberapa lama kita akan merebus
air tersebut dan didiamkan selama beberapa menit. Maka akan diperoleh air
mendidih dengan jumlah yang kita inginkan untuk memenuhi kebutuhan penghuni
rumah. Fitur timer otomatis ini akan mempermudah kita dalam mengerjakan
pekerjaan kita dengan tepat dan benar tanpa perlu diawasi karena saat sampai
pada waktu yang ditentukan perangkat elektronik yang menggunakan timer otomatis
tersebut akan padam dengan sendirinya sehingga kita tidak mengkhawatirkan
terjadi penggunaan energi listrik secara berlebihan dan pemanfaatan fitur timer
otomatis ini dapat dijadikan alternatif guna mengefisiensikan penggunaan energi
listrik dalam melakukan dan menyelesaikan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari
dengan tepat dan tanpa adanya energi listrik yang terbuang sia-sia.
Dengan adanya beberapa langkah untuk
mengefisiensikan penggunaan energi listrik tanpa mengurangi penggunaan
perangkat elektronik tertentu dalam melakukan aktivitas dapat membantu kita
untuk lebih memanfaatkan energi listrik dengan cara efektif dan efisien
sehingga listrik yang kita gunakan tidak terbuang sia-sia. Sehingga kita tidak
hanya membaca tulisan iklan “Hemat Energi” saja tetapi kita telah benar-benar
memahami tentang makna dari kata-kata tersebut dan tidak menjadikannya sebagai
kata-kata yang hanya angin lalu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar