Minggu, 09 April 2017

PENDEKATAN CTL



Oleh: Izmi Latifa N

Pendekatan CTL merupakan “Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat, keluarga, kelompok dan organisasi, bahkan pertemuan diantara sesama anak sehari-hari.
CTL memiliki tujuh komponen (pilar), sebagai berikut:
1.        Konstruktivisme (Construktivism)
Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif.
2.         Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat kata-kata, tetap hasil dari menemukan sendiri. Pembelajara mendorong seluruh pikiran dan tubuh untuk bersama-sama aktif di dalam maupun di luar kelas. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
3.        Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan lain sebagainya.
4.        Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Komunity ialah hasil pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Misalnya seorang siswa yang belum biasa memperkecil atau memperbesar peta dibantu oleh teman yang sudah bias dengan cara menunjukkan cara membuatnya. Kedua siswa tersebut sudah membentuk masyarakat belajar.
5.        Pemodelan (Modeling)
Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya melafalkan satu kata. Contoh mempraktekkan model; Guru IPS menunjuk siswa untuk berperan sebagai seorang pedagang, atau guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari surat kabar
6.        Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pembelajaran berakhir siswa merenung “Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan cara yang baru dipelajari, sehingga file dalam komputer lebih tertata”.
Kegiatan mengevaluasi diri sendiri baik dilakukan karena itulah siklus kehidupan yang nyata. Mengalami – umpan balik – dan berusaha kembali berkali-kali akan lebih efektif daripada jika siswa dibiarkan memahami pengetahuan secara sepotong-sepotong dan mengandalkan penilaian dari orang lain (guru).
7.        Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.

B. Implementasi Model Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran
rencana pembelajaran yang dirancang guru memuat skenario tahapan-tahapan yang akan dilakukan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Penekanan pembelajaran terletak pada strategi yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Rencana pembelajaran yang disusun pada dasarnya tidak ada perbedaan dengan rencana pembelajaran konvensional, perbedaan hanya terletak pada skenario pembelajarannya. Penyusunan rencana pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1.      Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya (Standar kompetensi, dan kompetensi dasar).
2.      Nyatakan indikator pembelajarannya.
3.      Kemukakan secara rinci media untuk mendukung kegiatannya.
4.      Buat skenario tahapan-tahapan kegiatan siswa.
5.      Kemukakan cara autehentic assessmen-nya, dengan cara apa.
6.      Siswa dapat diamati partisipasi belajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar