Minggu, 12 Februari 2017

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN PENERAPANNYA

Oleh: Izmi Latifa Navida

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mrngatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif dibagi menjadi beberapa macam, yakni:
1.      Teori belajar Pengolahan Informasi
Belajar merupakan peristiwa pengolahan informasi pada komputer. Stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Selanjutnya informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang. Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.

2.      Teori belajar Kontruktivisme
Teori belajar Kontruktivisme memiliki pandangan, seperti belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak, Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri, Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi, Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
a)    Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar aktif.
b)   Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
c)    Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
d)   Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya.
Dalam belajar harus ada strategi belajar efektif misalnya, seperti membuat catatan, belajar kelompok, menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review).

Aplikasi Teori Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif sudah banyak diterapkan. Dalam merumuskan pembelajaran untuk mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi menggunakan cara mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam teori behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut.
a)        Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b)        Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan bnda-benda konkret.
c)        Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d)       Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
e)        Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.
f)         Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
g)        Adanya perbedaaan individual pada diri siswa perludiperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Dalam menerapkan teori belajar kognitif perlu langkah-langkah strategis agar proses belajar lebih efektif. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1)   Menentukan tujuan pembelajaran.
2)   Melakukan identifikasi karakteristik siswa ( kemampuan awal, motifasi, gaya belajar dan sebagainya).
3)   Memiliki materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4)   Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk ad-vance organizer yang akan dipelajari siswa.
5)   Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6)   Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok sehingga pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar