Senin, 27 Februari 2017

TEORI BELAJAR HUMANISTIK & SELF EFICACY


Oleh: Izmi Latifa Navida
 

Teori Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu.
Suprayogi (2005) mengemukakan bahwa karakteristik teori humanistik yaitu:
1)        Mementingkan manusia sebagai pribadi.
2)        Mementingkan kebulatan pribadi.
3)        Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
4)        Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
5)        Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu.
6)        Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
7)        Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).
Beberapa Prinsip dalam teori Humanistik:
1)        Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
2)        Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan keperluan mereka.
3)        Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4)        Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil.
5)        Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
6)        Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
7)        Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8)        Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9)        Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10)    Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai banyak tugas diantaranya :
1)        Memberi perhatian dan motivasi
2)        membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3)        Memahami karakteristik siswa
4)        mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
5)        Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
6)        Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
7)        Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
8)        Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil, dimana proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain :
-       Merumuskan tujuan belajar yang jelas
-       Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
-       Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
-       Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik
1.      Kelebihan
·      Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
·      Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
·      Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
·      Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
·      Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
·      Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
·      Terjadinya perubahan pola pikir.
·      Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
·      Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. 
2.      Kekurangan
·      Bersifat individual.
·      Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
·      Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
·      Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
·      Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
·      Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
·      Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.
·      Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.
Self Eficacy
Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.
Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
1)      Tingkat (Level)
Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
2)      Keluasan (Generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.
3)      Kekuatan (Strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
Bandura (1986) menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan pada empat hal, yaitu:
1)        Pengalaman akan kesuksesan
Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan self-efficacy individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya self-efficacy.
2)        Pengalaman individu lain
Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Self-efficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama.
3)        Persuasi verbal
Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang diinginkan.
4)        Keadaan fisiologis
Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung dihindari.
Bandura (1997) menguraikan proses psikologis self-efficacy dalam mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui cara-cara dibawah ini :
1)        Proses kognitif
Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2)        Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
3)        Proses afeksi
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola ancaman tersebut.
4)        Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar