Jumat, 27 Januari 2017

ARTIKEL ILMIAH "Potensi Keanekaragaman Hayati Tanaman Obat Sebagai Fitofarmaka di Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi"

Potensi Keanekaragaman Hayati Tanaman Obat Sebagai Fitofarmaka di Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi
Oleh: Izmi Latifa Navida
Universitas Negeri Malang 
Jalan Semarang 5 Malang-Jawa Timur
Abstrak: Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah dengan luas 58.000 Ha yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Tanaman-tanaman obat tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak terutama dalam hal pengobatan. Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang potensi manfaat dari tanaman-tanaman tersebut. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan mengolahnya menjadi obat-obatan fitofarmaka. Fitofarmaka itu adalah bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. Fitofarmaka telah melewati beragam pengujian, yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas, dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan pada manusia. Untuk memanfaatkan potensi tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri tidak boleh dilakukan dengan sembarangan agar kelestariannya tetap terjaga.
Kata kunci: Tanaman Obat, fitofarmaka, Taman Nasional Meru Betiri.
PENDAHULUAN                                                                                                                Keanekaragaman hayati untuk tumbuhan yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar Negara dengan jumlah flora terbanyak jenisnya di dunia dengan jumlah mencapai 38.000 jenis. Habitat alami dari jenis-jenis tumbuhan dengan varietas lokal tersebut pada umumnya terdapat pada ekosistem hutan termasuk di dalamnya tanaman obat yang sebagian besar merupakan tumbuhan yang berkhasiat. World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tanaman obat dengan jumlah tanaman yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI, 1995).
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi : 1) tumbuhan obat tradisional, 2) tumbuhan obat modern, dan 3) tumbuhan obat potensial. Tumbuhan obat tradisional adalah spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. tumbuhan obat  modern adalah spesies tumbuhan obat yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis (Zuhud, 1994).
Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah dengan luas 58.000 Ha yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Penduduk lokal di daerah ini secara turun temurun sudah mengenal khasiat dan memanfaatkan tanaman lokal di kawasan hutan tersebut sebagai obat tradisional.
Saat ini banyak masyarakat yang beralih dari obat-obatan kimia ke obat-obatan tradisonal. Penggunaan obat tradisonal dinilai lebih aman digunakan daripada penggunaan obat kimia. Hal ini dikarenakan obat tradisional memiliki efek amping yang relative sedikit bahkan tidak ada.
Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan menjadikannya sebagai fitofarmaka. Fitofarmaka itu sendiri marupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia (Badan POM. RI., 2004).
Sehubungan dengan hal di atas, penulisan tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang potensi tumbuhan berkhasiat obat dan pengolahan tanaman obat sebagai fitofarmaka yang ada di Taman Nasional Meru Betiri. Hasilnya diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kekayaan alam yang ada di sekitar mereka, sehingga jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat tetap terjaga kelestariannya.

PEMBAHASAN                                                                                                                               Jenis flora yang hidup di kawasan Taman Nasional Meru Betiri sangat beragam, salah satunya adalah banyaknya jenis tanaman obat yang berpotensi digunakan sebagai obat fitofarmaka. Dari beberapa tumbuhan obat yang ada di kawasan tersebut diantaranya merupakan tanaman obat langka di Pulau Jawa, yaitu Pulai (Alstonia scholaris), pulosari (Alyxia reinwardtii), kayu sintok (Cinnamommun sintoc), kayu rapat (Parameria laevigara), dan kedawung (Parkia roxburghii). Tanaman-tanaman tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak terutama dalam hal pengobatan. Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang potensi manfaat dari tanaman-tanaman tersebut. Berikut adalah  beberapa jenis tumuhan obat yang terdapat kawasan Taman Nasional Meru Betiri.
1.                  Selaginella doederleinii hieron
Selaginella doederleinii merupakan salah satu spesies dari tumbuhan paku, di jawa tanaman ini biasa disebut cakar ayam. Tanaman ini memiliki ciri-ciri batang tegak, akar keluar pada percabangan, daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya (Dalimartha, 1999). Selaginella doederleinii memiliki habitus terna, merayap, sedikit tegak. Memiliki 28 spora berupa sporangium tereduksi di ketiak daun dan berwarna putih (Hutapea, 1999).
            Selaginella doederleinii mengandung alkoid, saponin, dan phytosterol (Dalimartha, 1999). Ekstrak etanolik dari Selaginella doederleinii mengandung lima komponen lignans, yaitu lirioresinol A, liriolresinol B, wikstromol, nortracheloside, matairesinol,. Selain itu juga mengandung dua komponen fenilpropanon, yaitu 3-hidroksi-1-(3-metoksi-4-hidroksifenil)-propan-1-on, 3-hidroksi-1-(3,5-dimetoksi-4-hidroksifenil)-propan-1-on, dan empat biflavonoid yaitu  amentoflavone,7,7”-di-O- metilamentoflavone,7,4’,7’’,4’’’-tetraometilamentoflavone, dan haveaflavone          (Lin, 1998).
Manfaat dari tanaman Selaginella doederleinii sangat banyak semua bagian tumbuah dapat dimanfaatkan, diantaranya sebagai antikanker, karena dapat menghambat sarcoma dan kanker serviks dan sel L yang diisolasi dari kanker hati manusia (Dalimartha, 1999). Sebagai sitotoksit terhadap sel murine (Lin, 1998). Widodo (2006) melaporkan bahwa ekstrak kloroform dan methanol Selaginella doederleinii bersifat toksik terhadap larva Artemia salina. Nuwaini (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak kloroform, ethanol, dan ethyl acetate Selaginella doederleinii mempunyai potensi antiradical. Selain itu Selaginella doederleinii memiliki khasiat untuk menghilangkan panas dan lembab, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti pendarahan, mengatasi batuk, innfeksi saluran nafas, radang paru-paru, hepatitis, diare, keputihan, fracture, pendarahan, dan menghilangkan bengkak (Dalimartha, 1999).
2.                  Rangoon Creeper (Quisqualis indica L)
Quisqualis indica L dalam bahasa jawa disebut dengan ceguk adalah tumbuhan semak, berbatang kayu, percabangan simpodial, cabang muda berwarna hijau, cabang tua berwarna cokelat, berbulu,dan  berduri. Daun tunggal berwarna kuning dan hijau, tulang daun menyirip. Berbunga mejemuk, berbentuk bulir, tumbuh diketiak daun, dan di ujung cabang, berambut, warna putik putih, warna kelopak bunga hijau kekuningan. Biji berbentuk pipih, kecil, berwarna hitam dan berakar tunggang (anonim, 2015).
Tagkai dan daun rangoon creeper mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, sulphur, kalsium, oksalat, lemak peroksidase, dan protein. Buah yang matang mengandung potassium quisqualata, lemak jenuh trigonelline, dan puridin. Bagian akar mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (anonim, 2015).
Bagian tanaman yang digunakan adalah biji dan daunnya. Bagian daun berkhasiat untuk mengobati sakit kepala, sakit telinga, gangguan pencernaan pada anak-anak, radang ginjal, disentri, perut kembung, dan menambah berat badan. Bagian bijinya berkhasiat sebagi obat cacing, membantu pencernaan, dan memperkuat limpa (anonim, 2015).
3.                   Terminalia ballerica
Terminalia ballerica dalam bahasa jawa disebut joho keling adalah pohon tinggi dan batang berkayu dan percabangan simpodial, berdaun majemuk, dan pertulangan daun menyirip. Berbunga majemuk berbentuk bulir, berwarna putih kekuningan, buah berbentuk bulat panjang, buah yermasuk jenis buah batu,  berwarna cokelat saat tua, dan berbiji satu, bijinya keras, bulat, dan berwarna cokelat (anonim, 2015).
Terminalia ballerica bagian buah, daun, akar, dan bijinya mengandung flavonoid, saponnin, antraquinon, minyak, asam lemak, methyl ester, dan gallic acid (anonim, 2015).
Terminalia ballerica bermanfaat untuk mengatasi penyakit anemia, urus-urus, sebagai obat cacing, asma, pembengkakan, antinyeri, pereda kejang dan hypertensi (anonim, 2015).
4.                  Amommum cardamomom
Amommum cardamomom dalam bahasa jawa disebut kapulogo  adalah tanaman sejenis jahe,memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Bunga dari tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buahnya berbentuk bulat telur, berbulu, berwarna kuning kelabu, dan bila maak buahnya akan pecah (Soehardi, 2008).
Amommum cardamomom kaya dengan kndungan protein, gula, lemak, silikat, sineol, terpineol, alfaborneol, beta kamper, sebinema, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil acetate, dan kersik (Soehardi, 2008).
Amommum cardamomom dapat dimanfaatkan sebagai antitussive, mengobati kejang perut, rheumatic, demam, pencegah mual penambah nafsu makan, penghilang bau badan, dan mencegah keropos tulang (Soehardi, 2008).
5.                  Cinnamon Tree (Cinnomommun bermanii)
Cinnamon Tree dalam bahasa jawa disebut kayu manis merupakan tanaman berkayu yang tinggi. Kulit pohon berwarna abu-abu tua, berbau khas, dan kayunya berwarna cokelat muda. berdaun tunggal, berbentuk elips dengan pertulangan daun menyirip, saat muda berwarna merah pucat, dan saat tua berwarna hijau. Berbunga sempurna dengan warna kuning, buahnya termasuk buah buni berbiji satu dan berdaging, bentuk bulat memanjang, dan saat tua berwarna ungu tua (anonim, 2014).
Cinnamon Tree banyak mengandung minyak atsiri, zat besi, kalsium, mangaan, serat, cinnamyl asetat, anethole, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, dan zat penyamak (anonim, 2014).
Manfaat Cinnamon Tree adalah untuk meningkatkan nafsu makan, pereda nyeri, antireumatik, peluruh kentut dan keringat, meredakan batuk, menunrunkan tekanan darah tinggi, mengobati asam urat, dan diare, mengurangi resiko stroke, dan sebagai antiradang (anonim, 2014).
6.                  Parameria laevigata
Parameria laevigata dalam bahasa disebut kayu rapet adalah tanaman semak menjalar, batangnya melilit, berdaun tunggal, berwarna kemerahan saat tua, tulang daun menyirip, bunga berbentuk malai, mejemuk, mahkota berbentuk corong, berwarna putih. Buah berbentuk polong memanjang, berbiji bulat, warna cokelat gelap (Songo, 2011).
Daun, kayu dan akar Parameria laevigata mengandung flavonoida, polifenol, saponin, dan tannin (Songo, 2011).
Parameria laevigata dapat digunakan sebagai obat nyeri pada uterus setelah melahirkan, obat disentri, scabies, luka, antipyretic, desinfektan, dan nyeri perut (Songo, 2011).
7.                  Cubeb pepper (Piper cubeba)
Cubeb pepper dalam bahasa jawa diebut kemukus merupakan tumbuhan merambat sejenis lada, tumbuh dengan melilit, berakar serabut, daun berbentuk bulat telur dengan tulang daun melengkung berwarna hijau gelap. Bunga berbentuk bulir panjang, buahnya berupa buah buni yang bertangkai, berwarna cokelat atau hitam berbentuk bulat. Biji berwarna putih, keras, dn berminyak  (Hiday, 2015).
Cubeb pepper memiliki kandungan zat sesquiterpan hidrat, asam cubeba, cubebin, minyak atsiri, kadinen, sineol, turpineol, pati, gom, dan dammar  (Hiday, 2015).
Bagian tanaman Cubeb pepper yang dimanfaatkan adalaha bagian buahnya yang brguna untuk mengobati asma, kencing nanah, sakit perut, sebagai obat luka bakar, meningkatkan nafsu makan, obat masuk angin, dan mencegah muntah  (Hiday, 2015)
8.                  Serpent wood (Rauwolfia serpentine)
Serpent wood dalam bahasa jawa disebut pule pandak merupakan tanaman perdu tegak, bergetah, mengeluarkan cairan bening bila dipatahkan, berdaun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, tulang daun menyirip. Pembungaan majemuk, bentuk payung yang keluar dari ujung tangkai, berwarna merah. Buahnya buah batu, bulat telur, saat tua berwarna hitam (anonim, 2015).
Serpent wood mengandung alkaloid, reserpine, serpentine, samatine, yohimbine, ajmaline, tetraphylline, rescinnamine, canescine, deserpidine, raunesine, dan tetraphycilline (anonim, 2015).
Serpent wood dapat dimanfaatkan sebagai obat hypertensi, sakit kepala, vertigo, diare, sakit tenggorokan, sakit pinggang, disentri, malaria, muntah, influenza, radang kantung empedu, hepatitis, insomnia, hypertiroid, scabies, utikaria, hernia, dan menetralkan racun gigitan ular (anonim, 2015).
9.                  Alyxia reinwadtii
Alyxia reinwadtii dalam bahasa jawa disebut pulosari adalah tumbuhan bersemak dari keluarga apocynaceae. berdaun runcing, tulang daun menyirip, bunga berbentuk seperti corong, berwarna putih kekuningan, buah berbentuk lonjong, dan akan berwarna hitam jika sudah tua (Hiday, 2015).
Alyxia reinwadtii mengandung zat alkaloid, tannin, saponin, flovnoid, polifenol, kumarin, zat samak, minyak atsiri, asam betulanat, dan pulasariosida (Hiday, 2015).
Alyxia reinwadtii berguna untuk mengobati demam, meningkatkan nafsu makan, menjaga imunitas tubuh, menyembuhkan sakit kejang perut, mengobati disentri, dan mengobati kelebihan asam lambung (Hiday, 2015).
10.              Usnea misaminensis
Usnea misaminensis dalam bahasa jawa disebut susuh angin merupakan tanaman sejenis lumut, yang hidup menggantung pada ranting pohon namun bersifat komensalisme. Berbentuk seperti rambut, menggantung seperti cemara, berwarna hijau putih keabuan, dan memerlukan kelembaban yang tinggi (Keke, 2013).
Usnea misaminensis memeiliki kandungan zat asam usnin, asam barbotolat, asam usnetin, dan asam barbatin (Keke, 2013).
Usnea misaminensis dapat dimanfaatkan untuk mengobati diare, perut kembung, disentri, pegal-pegal, obat masuk angin, sariawan, peluruh urine, dan sebagai antitussive (Keke, 2013).
11.              White Jujube (Lunansian amara)
White Jujube dalam bahasa jawa disebut widoro putih merupakan tanaman perdu atau pohon kecil, batangnya bengkok, ranting-ranting tumbuh meyebar. Berdaun tunggal, berduri, letaknya berseling, berbentuk bulat telur menjorong, mengkilap di bagian atas, berambut putih yang halus di bagian bawah daun, dan bertulang daun melengkung. Bunganya berbentuk payung, berukuran kecil, dan berwarna kekuningan. Buahnya termasuk buah batu berbentuk bulat telur, kulit buah mengkilap, berwarna kekuningan, kemerahan, hingga kehitaman.  Biji terlindung dalam tempurung, dan berwarna cokleat gelap (Wagino, 2014).
Kandungan dari white Jujube, diantaranya  karbohidrat, gula, serat pangan, lemak, protein, air, thiamine, riboflavin, niacin, kalsium, besi, dan fosfor (Wagino, 2014).
Tanaman hite Jujube dapat dimanfaatkan untuk menurunkan demam, membantu pencernaan, obat luka, obat sakit perut, dan mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah (Wagino, 2014).
12.              Oak tree (Mecca manjakani)
Oak tree dalam bahasa jawa disebut dengan manjakani adalah tanaman bersemak, daun berbentuk seperti daun mawar, pertulangan daun menyirip, dan berwarna hijau. Buahnya berbentuk bulat, tumbuh di antara ketiak daun, berwarna hijau muda saat muda, dan berwarna kemerahan saat tua (anonim, 2015).
Buah dari Oak tree mengandung vitamin A, vitamin C, zat besi, protein, serat, karbohidrat, kalsium, antioksidan, tannic acid, tannin, gallic acid, ellagic acid,asam ester piperonylic (anonim, 2015).
Buah oak tree bermanfaat sebagai astringent, antimicrobial, antiradang, antidiabetes, pereda rasa nyeri, menjaga kesehatan vagina, alat kontrasepsi, dan mengobati kista (anonim, 2015).
13.              Black Pepper (Peper nigrum)
Black pepper dalam bahasa jawa disebut dengan merico ireng dalah tanaman dari kelurga piperaceae dari genus piper. Black pepper adalah tanaman merambat yang memiliki buah berbentuk bulat dan kecil. Buah lada berbiji tunggal dan berukuran kecil (anonim, 2015).
Black pepper memiliki kandungan zat pipperine, karoten, cryptoxanthine, zeaxanthine, licopene, vitamin C, vitamin A, monoterpen hidrokarbon, piridoksin, riboflavin, thiamine, niacin, kalium, kalsium, seng, mangaan, besi, magnesium cubebene, amina alkaloid, sabinene, pinene, terpenene, limonene, dan mercene (anonim, 2015).
Black pepper  dapat dimanfaatkan untuk menguatkan pencernaan, mengontrol tekanan darah, mngontrol produksi sel darah, menangkal radikal bebas, melindungi tubuh dari kanker, dan meningktkan penyerapan nutrisi dalam pencernaan (anonim, 2015).
14.              Alstonia scholaris
Alstonia scholaris dalam bahasa jawa disebut pule adalah tanaman dari suku apoeynaccae yang berupa pohon tinggi dan bergetah putih. Daunnya hijau mengkilap, bertulang daun menjari. Bunganya berbentuk seperti terompet berbau harum, bijinya berbentuk oblong dan berambut (anonim, 2015).
Alstonia scholaris memiliki kandungan zat alkaloid ditain, ditamine, ekitamine, ekitenin, ekitamidine, alstonine, ekiserin, ekitin, porfirine, pikrinine, asam ursolat, lupeol, dan triterpen (anonim, 2015).
Alstonia scholaris bermanfaat untuk mengobati demam, malaria, diare, memperkuat lambung, mengobati perut kembung, limpa bengkak, diabetes, scabies, sakit badan, nyeri dada, hipertensi, beri-beri, dan menibgkatkan nafsu makan (anonim, 2015).
15.              Sintoc (Cinnamommun sintoc)
Cinnamommun sintoc dalam bahasa jawa wuru sintok adalah tumbuhan berbatang kayu yang memanjat, buahnya yang matang berwarna hitam, daunnya berwarna hijau dengan pertulangan daun melengkung, bunganya berwarna ungu, berbentuk seperti terompet (Alfira, 2014).
Cinnamommun sintoc mengandung senyawa polifenol, eugenol, myristicin, safrole, monoseskuiterpen, steroid, methanol, etil acetate, fenolic, tannin, dan saponin (Alfira, 2014)
Cinnamommun sintoc dapat digunakan sebagai obat pereda sakit kepala, masuk angin, sebagai penyegar untuk mengembalikan kesegaran tubuh, mengharumkan tubuh, mengobati sifilis, menyembuhkan gigitan hewan dan serangga berbisa, meredakan diare, dan untuk menyembuhkan berak berdarah (Alfira, 2014).
16.              Sataw (Parkia roxburghii)
Sataw dalam bahasa jawa disebut dengan kedawung merupakan tanaman berbentuk pohon yang tinngi, daun majemuk dan menyirip, berbunga majemuk bongkol, letak di ujung ranting, berbuah polong, jika sudah tua kulit luar berwarna hitam, berbiji bulat memanjang, kedua ujung memipih dan berwarna hitam (anonim, 2015).
Bagian tanaman sataw yang banyak dimanfaatkan adalah bagian bijinya. Bagian biji banyak mengandung zat tannin, glukosida, mineral, dan garam-garam alkali (anonim, 2015).
Khasiat dari biji sataw adalah dapat mengobati sakit perut, sebagai obat batuk, menyembuhka demam saat nifas, mengurangi nyeri saat melahirkan dan saat haid, mengurangi rambut kusam, mengobati penyakit radang usus, cholera, dan penyakit jantung, mengatasi infeksi kulit, diare, cacingan,  dan perut kembung (anonim, 2015).
Tanaman-tanaman di atas memiliki manfaat dan khasiat yang sangat besar dalam hal pengobatan. Sehingga berpotensi dalam pengembangan industry obat tradisonal Indonesia. Selama ini, industry tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan herbal. Dengan demikian masyarakat sekitar yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani bisa memanfaatkan dan mengupayakan budidaya tumbuhan tersebut. Budidaya tumbuhan obat yang ada di kawasan ini perlu dilakukan untuk menghindari pengambilan dari hutan secara langsung yang bisa menyebabkan kelangkaan jenis-jenis yang diambil secara berlebihan. Pengembangan tumbuhan tidak jauh dari habitat aslinya dapat mempertahankan keunggulan genetik tumbuhan tersebut. Teknik budidaya perlu dikembangkan terhadap jenis-jenis yang ada khususnya yang sudah tergolong langka dan juga yang mempunyai prospek bagus di pasar. Pengembangbiakan tumbuhan obat yang berasal dari hutan dapat dilakukan secara generatif (dari biji) maupun vegetatif.
Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan mengolahnya menjadi obat-obatan fitofarmaka. Fitofarmaka itu sendiri marupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia (Badan POM. RI., 2004).
Dalam peraturan kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia nomor: hk.00.05.41.1384. untuk dapat memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 obat tradisonal, obat herbal bertandar dan fitofarmaka harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a.                  Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan umum, keamanan, dan kemanfaatan.
b.                  Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang pedoman cara pembuatan obat tradisonal yang baik atau cara pembuatan yang berlaku.
c.                   Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisonal, obat herbal berstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
Mengolah tanaman-tanaman obat menjadi fitofarmaka lebih unggul daripada diolah menjadi jamu biasa, bahkan obat fitofarmaka juga sudah dapat disetarakan dengan obat-obatan modern. Hal ini disebabkan karena fitfarmaka telah melewati beberapa proses yang setara dengan obat-obatan modern, diantaranya fitofarmaka telah melewati standarisasi mutu, baik dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga dapat digunakan sesuai denagn dosis yang efektif dan tepat. Selain itu, fitofarmaka juga telah melewati beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas dan uji efektivitas dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan terhadap manusia (Hidayati, 2012).
Fitofarmaka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu.
a.                   Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b.                  Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik.
c.                   Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
d.                  Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Departemen Kesehatan Republik Indonesia):
1.                  Tahap seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alami yang akan diteliti sesuai denagn skala prioritas sebagai berikut:
a.       Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama.
b.      Jenis obat alami yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman pemakaian empiris sebelumnya.
c.       Jenis obat alami yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit yang belum jelas pengobatannya.
2.                  Tahap biological screening, untuk menyaring:
a.       Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat terapeutik.
b.      Ada atau tidaknya efek keracunan akut.
3.                  Tahap penelitian farmakodinamik
a.       Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing system organ
b.      Tahap ini dipersyaratkan mutlak, jika diperlukan untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4.                  Tahap pengujian toksisitas lanjut
a.       Toksisitas ubkronis
b.      Toksisitas akut
c.       Toksisitas khusus
5.                  Tahap pengembangan sediaan
a.       Mengetahui bentuk bahan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika
b.      Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinis
6.                  Tahap uji klinis pada manusia
a.       Fase I: dilakukan pada sukarelawan sehat
b.      Fase II: dilakukan pada kelompok pasien terbatas
c.       Fase III: dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase II
d.      Fase IV: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang tidak terkendali.
Setelah tanaman obat dilakukan pengujian fitofarmaka, maka tanaman obat tersebut bisa diolah menjadi obat fitofarmaka yang telah disejajarkan dengan obat-obatan modern, yang keamanan dan kefektifannya sudah teruji.
Untuk memanfaatkan potensi tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri, tidak boleh dilakukan secara sembarangan mengingat bahwa Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan hutan lindung. jadi untuk memanfaatkannya harus dilakukan dengan beberapa cara agar kelestariannya tetap terjaga, seperti sebelum melakukan pengambilan tanaman harus ada izin dari petugas setempat, dan pengambilannya pun harus dilakukan pada satu tanaman obat saja pada setiap  jenis tanaman obat disana lalu dibudidayakan di luar habitat, dan jangan sampai dilakukan pengambilan secara besar-besaran atau eksploitasi. Selain itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan, seperti membuat peraturan perundang-undangan tentang tata cara pemanfaatan tanaman yang berpotensi di daerah Taman Nasional Meru Betiri.

KESIMPULAN:                                                                                                                   Taman Nasional Meru Betiri memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan obat. Ada 16 spesies tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, diantaranya Selaginella doederleinii hieron, Quisqualis indica L, Terminalia ballerica, Amommum cardamomom, Cinnomommun bermanii, Parameria laevigata, Piper cubeba, Rauwolfia serpentine, Alyxia reinwadtii, Usnea misaminensis, Lunansian amara, Mecca manjakani, Peper nigrum, Alstonia scholaris, Cinnamommun sintoc, dan Parkia roxburghii. Tanaman-tanaman tersebut memiliki manfaat dan khasiat yang sangat besar dalam hal pengobatan. Sehingga berpotensi dalam pengembangan industry obat tradisonal Indonesia. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tanaman obat adalah dengan mengolahnya menjadi obat-obatan fitofarmaka. Fitofarmaka itu adalah bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. Fitofarmaka telah melewati beragam pengujian, yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas, dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan pada manusia. Untuk memanfaatkan potensi tanaman obat di Taman Nasional Meru Betiri tidak boleh dilakukan dengan sembarangan agar kelestariannya tetap terjaga.
  
DAFTAR RUJUKAN
Abdiyani, S. 2007. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi alam , 79-84.
Alfira, A. 2014. Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Aktif Kulit Batang Sintok (Cinnamommun sintoc blume). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
anonim. 2014. Kayu Manis. Retrieved December 08, 2015, from Kayu Manis: http://www.necturajuice.com/kayu-manis
anonim. 2015. Khasiat Manfaat Lada Hitam. Retrieved December 08, 2015, from Kesehatan dan Gaya Hidup: http://www.tipscaramanfaat.com/khasiat-manfaat-lada-hitam-777.html
anonim. (2014, 29 November). Manfaat Manjakani. Retrieved December 08, 2015, from Manfaat Alami Tanaman Herbal: http://www.kesehatanpedia.com/2014/09/manfaat-manjakani.html?=1
anonim. 2015. Manfaat Tanaman Obat Kedawung. Retrieved December 07, 2015, from Agro Bisnis Info: http://www.agrobisnisinfo.com/2015/06/manfaat-tanaman-obat-kedawung-dari-obat.html?m=1
anonim. 2015. Manfaat Tanaman Pule Pandak. Retrieved December 08, 2015, from Obat Herbal Indonesia: http://herbalisnusantara.com/obatherbal/view30fc.html?mnu=2&id=155
anonim. 2015. Tanaman Ceguk Bermanfaat sebagai Obat. Retrieved December 07, 2015, from Agro Bisnis Info: http://www.agrobisnisinfo.com/2015/10/tanaman-ceguk-bermanfaat-sebagai-obat-.html?m=1
anonim. 2013. Tanaman Joho dan Manfaatnya. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal: http://www.alamharianku.com/2013/tanaman-joho-dan-manfaatnya.html?m=1
anonim. 2013. Tanaman Sintok Kaya Manfaat. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal: http://www.myapotic.com/2013/tanaman-sintok-kaya-manfaat.html?m=1
anonim. 2015. Tumbuhan Obat. Retrieved December 07, 2015, from Balai Taman Nasional Meru Betiri: http://www.merubetiri.com/detail_statis/id/21/tumbuhan_obat.html
anonim. (2011, march 27). Tumbuhan Pulai dengan Segudang Khasiat Untuk kesehatan. Retrieved December 08, 2015, from Referensi Penyakit: http://www.myapotic.com/2011/03/tumbuhan-pulai-dengan-segudang-khasiat.html?m=1
Badan POM. RI. 2004. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Farmasi UGM. 2014. Cakar Ayam Selaginella doederleinii. Retrieved December 07, 2014, from Cancer Chemoprevention Research Center Farmasi UGM: http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=81
Hiday, M. (2015, August 6). Manfaat dan Khasiat Tanaman Kemukus. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal.
Hiday, M. (2015, July 29). Manfaat Tanaman Pulosari. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Herbal: http://www.tanamanherbal.com/2015/07/manfaat-dan-khasiat-tanaman-pulosari.html?m=1
Hidayati, M. 2012. Fitofarmaka. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hutapea, J. R. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Keke, L. (2013, February 05). Kayu Angin - Usnea misaminensis vain. Retrieved December 08, 2015, from Teh Herbal Daun Jaticina: http://www.daunjaticina.com/2013/02/kayu-angin-usnea-misaminensis-vain.html?m=1
Lin, J. Y. 1998. Antimutagenic Activity of Extract from Anticancer Drugs in Chinese Medicine. Mutat-Res, 204(2) , 229-34.
Soehardi. 2008. Manfaat Kapulogo (Amommum cardamomom willd). Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Obat: http://www.kiathidupsehat.com/tanaman-obat-manfaatkhasiat-kapulogo-amommum-cardamomom-willd/
Songo, L. N. (2011, March 12). Kayu Rapet. Retrieved December 08, 2015, from Jenis Tanaman Obat: http://www.labanursongo.blogspot.com/2011/03/jenis-tanaman-obat.html?m=1
Wagino, B. 2014. Tanaman Bidara Putih. Retrieved December 08, 2015, from Tanaman Obat: http://www.tanamanherbalku.com/2014/tanaman-obat.html?m=1
Widodo, E. 2006. Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform dan Ekstrak Methanol Herba Cakar Ayam Terhadap Larva Artemia salina Leach dan Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi, Fakultas Farmasi UNS, Surakarta .
Zuhud, E. B. 1994. Perkembangan dan Program Penelitian Tumbuhan Obat di Indonesia. Prosiding Seminar Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia (pp. 23-30). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan LATIN.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar